#279 Belanda, Homoseksualitas, dan Belajar Menghargai Perbedaan

“Being brilliant is no great feat if you respect nothing.”
-Johann Wolfgang von Goethe-
Ketika berbicara mengenai kelebihan Belanda sebagai sebuah negara yang selalu berinovasi hampir di setiap bidang, orang mungkin akan langsung teringat pada popularitas Belanda dengan kincir angin, industri keju, komitmennya pada alat transportasi sepeda, atau inovasi lainnya di bidang pendidikan atau arsitektur yang tidak perlu diragukan lagi. Namun bagi saya, hal yang paling menarik dari Belanda adalah keterbukaannya dalam menghargai setiap perbedaan. Bagaimana Belanda mampu memberikan ruang dan penghargaan bagi setiap penduduknya. Mendorong setiap individu untuk menerima jati diri seutuhnya sebagai seorang manusia.Isu homoseksualitas adalah salah satunya.
 
Ketika di hampir seluruh belahan bumi lain masih sibuk berdebat mengenai hal ini, Belanda berani mengambil keputusan untuk memberikan pengakuan bagi para komunitas homoseksual. Terlepas dari pro kontra maupun sisi positif dan negatifnya, mesti diakui jika Belanda akan menjadi negara paling tepat untuk dijadikan contoh ketika kita berbicara mengenai perbedaan dan hak asasi manusia. Di Belanda, baik masyarakat maupun pemerintahnya, mereka cenderung bersikap terbuka dan toleran terhadap setiap perbedaan yang ada. Dan homoseksualitas termasuk di dalamnya. Sejak tahun 1994, Belanda menganggap tindakan diskriminasi terhadap kaum homoseksual sebagai sesuatu yang ilegal[1]. Hal ini ditetapkan dengan tujuan untuk memberikan rasa aman pada para komunitas homoseksual di Belanda. Pemerintah Belanda ingin menunjukkan bahwa orientasi seksual bukanlah sesuatu yang patut dijadikan alasan untuk sebuah tindakan diskriminasi. Begitu pula dengan masyarakatnya, mereka cenderung terbuka dan bisa menghargai perbedaan bahkan pada masalah yang paling sensitif seperti isu homoseksualitas.
Di saat negara-negara lain masih menghadapi pro kontra terkait isu ini, pada 1 April 2001 Belanda menjadi negara pertama yang berani melakukan inovasi dalam bidang hak asasi manusia dengan melegalkan pernikahan sesama jenis [2]. Hal ini tentu memberikan ruang baru bagi para kaum homoseksual untuk mendapatkan kesempatan yang sama dalam melegalkan hubungan mereka ke dalam sebuah ikatan pernikahan yang diakui oleh negara.
Homoseksualitas bukan merupakan isu baru. Seiring perkembangan jaman, meski sebagian besar negara masih menentang dan tidak terbuka dengan isu tersebut, keberadaan komunitas ini tidak bisa dipungkiri. Terlepas dari dogma agama dan norma yang berlaku di setiap negara, komunitas homoseksual tetaplah manusia yang memiliki hak asasi seperti manusia pada umumnya. Mereka juga memiliki hak untuk hidup legal bersama pasangannya, dan yang lebih penting hak untuk bisa diterima sebagai manusia seutuhnya tanpa stereotip yang seringkali mendiskriminasikan mereka.
Belanda bahkan mempunyai simbol khusus berupa monumen untuk kaum homoseksual sebagai bukti dari keterbukaan mereka terhadap perbedaan. Adalah monumen yang terdiri dari tiga segitiga merah muda dan merupakan simbol bagi semua komunitas homoseksual yang telah berjuang untuk kebebasan dan hak-hak orang dengan orientasi seksual yang dianggap menyimpang dari norma. Monumen ini berada di samping ‘Westerkerk’, sebuah gereja di jantung bersejarah kota Amsterdam [3].
Tentu saja, sikap terbuka pemerintah dan masyarakat Belanda terhadap isu homoseksual yang saya bahas di atas hanya merupakan contoh atau analogi dari komitmen dan pemahaman mereka terhadap perbedaan. Yang ingin saya garis bawahi adalah Belanda menjadi negara pertama yang berhasil menghargai perbedaan dan menjamin hak asasi tiap warga negaranya dalam arti yang sesungguhnya. Karena pada dasarnya, hal itulah yang menjadi pondasi dasar majunya sebuah negara.
– ditulis oleh Robita Asna

12 Komentar

Filed under entri, kompetiblog2012

12 responses to “#279 Belanda, Homoseksualitas, dan Belajar Menghargai Perbedaan

  1. Flo

    Halo kawan,

    Tulisan ini memiliki unsur topik yg sama dengan tulisan saya yaitu tentang keberadaan Homoseksualitas. Menurut pengalaman pribadi, kaum homoseksual di Belanda mendapatkan penghargaan yg sama dgn kaum heteroseksual scra khusus dlm hal berkreasi+berinovasi. Orang Belanda menilai orientasi seksual adalah pilihan hidup seseorang yg harus dihormati. Isu ini memang sensitif di Indonesia, tp sdh saatnya kita membuka mata lebar2 bahwa isu semacam ini memang eksis disini. Gud job!

    Kunjungan balik boleh dong 😀

    #40 Belanda, Pionir Majalah Playboy Edisi Lesbian Pertama di Dunia

    Salam Kreatif!

    • Robita Asna

      Haha, makasih komennya. Waktu itu sbnernya saya smpet baca sekilas judul tulisan kamu, agak kaget ternyata ada yg ngangkat isu LGBT juga, cuma saat itu tulisan saya belum dipublish. Tapi kayaknya point bahasan kita tetep sedikit berbeda kok walau isunya hampir sama ^^

      Couldn’t more agree! Sudah saatnya buka mata, karena mau ditolak sekeras apapun, homoseksualitas itu ada. Berharap lebih banyak orang Indonesia yang mau terbuka soal ini. Bukan berarti mengajak orang jadi homoseksual, cuma menghargai keputusan orang lain saja.

      Okay, i’ll visit you back ^_^

  2. Mohom maaf, sebelumnya, mau ikut nimbrung disini, hhe. Sebaiknya Anda menulis sesuatu didasarkan fakta ilmiah, kalau hanya didasarkan pada norma dan sosial, homoseksualitasini sudah ada ketika jaman nabi-nabi kita dulu. Kemajuan zaman sekarang sebenarnya tujuannya apa sih? Tujuannya ialah mengungkapkan segala sesuatu yang terjadi di masa lampau. Jikalau terdapat orang masih bersikukuh bahwa, homoseksualitas ini ternyata masih eksis dahulu bahkan hingga masih depan. Jawabanya ialah, itulah merupakan pembelajaran bagi orang-orang yang mengetahuinya. Sekedar referebsi aja, kalau mau tahu. Pakar kedokteran jiwa, Prof. Dr. Dr. Dadang Hawari, dalam bukunya, Pendekatan Psikoreligi pada Homoseksual, (Jakarta: Balai Penerbit FK-UI, 2009). thanks ^^

    • Robita Asna

      Terima kasih saran dan masukannya. namun sebenarnya yang ingin saya bahas bukan lah seluk beluk homoseksualnya. tapi lebih kepada bagaimana masyarakat dan pemerintah Belanda menghargai perbedaan dan memberikan hak tiap warganya. Isu homoseksual hanya merupakan contoh.

  3. Saya tidak mendukung homoseksual tetapi saya mendukung kebebasan. Asalkan tidak merugikan orang lain itu sah-sah saja.

    Boleh kunjungan balik? bedankt voor reacties 🙂 http://t.co/cvwuEzs2

  4. queen

    isu yang sensitif namun diakui semakin berkembang, mungkin menyikapinya memang sedikit beresiko. Juga terletak bukan pada mendukung atau tidak, tapi mengkaji isu homoseksual itu perlu karena hal itu bukan lagi hal yang tersembunyi dari mata kita. Kajian ini bermanfaat dalam hal memberi gambaran bagaimana isu-isu semacam ini berkembang melebihi perkiraan kita, dan memberi realita yang sama sekali baru, entah itu menimbulkan pro atau kontra.. salam
    gudlak 🙂

    • Robita Asna

      Makasih komennya…

      Hmm, agree… mendiskusikan isu ini memang harus dengan kepala dingin dan tidak semata menyangkutkan dengan agama. Ada isu sosial di dalamnya yang harus dipertimbangkan. Semoga isu seperti homoseksual ini mampu membuat diri kita belajar lebih baik dalam menghargai perbedaan, artinya menghargai orang lain dan tidak mendiskriminasikan mereka hanya karena satu dan dua hal yang berbeda dair kita. ^^

  5. Kalau soal menghargai perbedaan yang lain, saya salut pada Belanda. Tapi, mengenai homoseksualitas, hmmm, saya tidak setuju.
    Perbedaan yang sudah ‘given’ dari Tuhan Yang Maha Esa, seperti ras, suku bangsa, memang patut dihargai. Perbedaan agama dan pendapat juga patut dihargai. Namun, sebagai umat beragama, saya sangat menentang homoseksualitas. Setahu saya, tidak ada satupun ajaran agama yang membolehkan homoseksualitas. Dan saya berharap, Indonesia sebagai negara beragama, tidak akan pernah melegalkan pernikahan sesama jenis.

    • Robita Asna

      Yeah, everyone has their own opinion. I do respect your opinion…

      Memang kalau ditinjau dari segi agama, akan lebih banyak muncul kontra yang jika diperdebatkan panjang lebar mungkin tidak akan pernah ada habisnya. Namun yang saya tekankan disini adalah bagaimana Belanda mampu melakukan sebuah terobosan yang berani dalam mengambil kebijakan publik dan menerima perbedaan penduduknya. Menerima komunitas homoseksual juga merupakan pendapat yang patut dihargai, bukan? ^^

      Tidak banyak negara yang mampu memberi ruang bagi tiap perbedaan penduduknya. Dan negara kita, masih harus belajar banyak. Saya rasa, bahkan selain isu homoseksualitas… Indonesia justru masih tertinggal jauh karena bahkan isu perbedaan agama, aliran kepercayaan, politik, dan ras pun masih sering menimbulkan bentrok.

      Thank you for your comment anyway…
      ^__^

  6. Dara

    Ya, saya juga sangat mengagumi keterbukaan negara dan masyarakat Belanda akan perbedaan khususnya dalam hal gender dan orientasi seksual. Keterbukaan dan penghargaan ini lebih maju dibandingkan negara lainnya. Saya masih terus menantikan kapan Indonesia bisa menjadi negara yang menghargai perbedaan padahal sejak dahulu memang berdiri karena perbedaan. Good luck ya untuk penulis 🙂

    • Robita Asna

      Benar, Indonesia sayangnya masih belum cukup terbuka dalam isu yang satu ini. Padahal walau ditentang, homoseksualitas itu akan tetap ada. Semoga kita bisa belajar dari Belanda.

      Thank you supportnya! ^^

Tinggalkan Balasan ke Flo Batalkan balasan